Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cari Blog Ini

Translate

DIARI DUNIA KERJA KU (PART 1)_17 Oktober 2015



Sudah tak terasa statusku menjadi cpns di Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara telah berlangsung selama 8 bulan, dan aku telah menyelesaikan prajabatan bulan Juni lalu. Di usia kepegawaianku yang masih tergolong belia ini, aku telah belajar banyak hal. Bahkan aku selalu menganggap diriku yang sekarang ini sedang melanjutkan sekolah di dunia pemerintahan.
            Gak pernah kubayangkan sebelumnya kalo aku akan menyelami dunia yang amat berbeda dengan duniaku selama puluhan tahun silam. Di duniaku sekarang, modal ilmu selama sekolah tidaklah cukup, aku malah sadar yang lebih dibutuhkan adalah kemampuan untuk berorganisasi dan berkomunikasi yang baik dengan atasan, sesama rekan kerja, dan dengan siapa pun. Karena status provinsi kami yang masih baru, maka tidaklah heran jika kami harus bekerja lebih giat apalagi mau akhir tahun ini, banyak banget kegiatan yang kudu terealisasi.
            Bayangkan aja, aku yang dulunya gak tahu menahu tentang pajak, autodidak belajarnya (jadi sempat mikir, kelas berapa ya aku pernah belajar tentang pajak). Bahkan rasa maluku kalau berkomunikasi dengan orang lain via telpon bisa terkikis karena tuntutan kerja. Belum lagi jika harus berhubungan dengan orang kabupaten/kota sewaktu meminta data peternakan. Aku dan rekan kerjaku harus tebal muka dan telinga serta korban pulsa menelpon mereka satu per satu hingga memperoleh data kepastiannya, dan tidak sedikit dari pihak kabupaten/kota merasa risih dengan apa yang kami lakukan, bahkan ada pula yang sengaja tidak menghiraukannya (semoga ini hanya dugaanku saja), intinya harus bisa memahami apa yang diinginkan rekan kerja di kabupaten/kota.
Dan baru-baru ini aku merasakan bagaimana rempongnya menjadi panitia kegiatan (karena jelas berbeda dengan panitia-panitia yang pernah kulakoni sewaktu sekolah maupun organisasi dulu). Mulai dari mempersiapkan jadwal kegiatan, memastikan kehadiran narasumber dan peserta, SK kegiatan, dan lain sebagainya. Dulu aku berpikir SK (Surat Keputusan) itu sangat susah membuatnya karena penuh dengan sumber hukum yang sama sekali belum pernah kupelajari, namun setelah dijalani...ternyata cuman seperti itu (tidak sesusah imajinasiku), paling yang bikin ribet itu jika SK nya berhubungan dengan pengeluaran uang (mis. SK honorarium narasumber) karena administrasinya cukup panjang, mulai minta tanda tangan kepala bidang hingga finalnya tanda tangan pak gubernur.
Yang paling membuat kinerja otakku meningkat tajam sekarang ini adalah amanah yang diberikan oleh atasanku untuk menyelesaikan SPJ (Surat Pertanggungjawaban) pada dua kegiatan yang berbeda, kegiatan APBN dan APBD yang jarak kegiatannya sangat dekat. Sepintas terlihat gampang, karena pada dasarnya hanya mempertanggungjawabkan pengeluaran uang, namun pada kenyataannya gara-gara itu aku dibilang GILA KERJA, padahal kerjaan itu yang membuatku gila he..he...(bercanda). Ini adalah tugas terberatku dibandingkan dengan tugas-tugas sekolah/kuliah dulu, mungkin karena sama sekali belum pernah melaksanakannya, dan tiba-tiba langsung diberi double job, jenis kegiatannya aja berbeda, maka berkas yang dipersiapkan untuk SPJ juga berbeda. Gara-gara SPJ, aku mulai mengerti mengapa perlu “main mata” dengan rekanan yang terkait dengan kegiatan yang kita laksanakan, adanya kuitansi-kuitansi kosong, meniru/menscan tanda tangan dsb. (laporan pertanggungjawabannya bisa direkayasa, tapi apa mau dikata, sepertinya sistem tersebut telah berakar kuat di instansiku, mungkin bukan hanya di tempat kerjaku, di tempat lain juga tidak berbeda). Sebagian ada yang bertentangan dengan hati nuraniku, namun ada juga yang kalau tidak dilaksanakan malah fatal, misalnya ketika meminta tanda tangan narasumber dari pusat/luar daerah, biasanya kami menyediakan kuitansi kosong untuk ditandatangani juga, karena bisa saja terjadi kesalahan nomor rekening ataupun rincian dana dalam kuitansi yang dibuat (kan malah tambah ribet kalau minta narasumber kembali tandatangan padahal mereka sudah memperoleh honor dan kembali ke daerahnya sendiri). Di sini aku belajar bagaimana bersikap bijak dengan hal-hal seperti itu. Seperti misalnya perjalanan dinas yang kenyataannya cuman 2 hari namun di surat tugasnya 3 hari (di hati nuraniku emang nentang, tapi toh jika ini tetap kulakukan, uang yang diperoleh disisihkan untuk keperluan kantor). Toh terkadang banyak pengeluaran tak terduga selama bekerja yang tidak bisa di SPJ kan, misalnya jasa kuli pengangkut barang (ini mau dipaksain masuk ke kegiatan mana?)
 Demkian curhatan malming ku bersama berkas-berkas SPJ yang membuatku bingung mau dimulai dari mana.   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar