Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cari Blog Ini

Translate

RESENSI BUKU 1




JUDUL BUKU          : THE POWER OF HABIT (DAHSYATNYA KEBIASAAN)

PENGARANG          : CHARLES DUHIGG

PENERJEMAH        : DAMARING TYAS WULANDARI PALAR

PENERBIT                : KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA

CETAKAN KE-         : 3 (DESEMBER 2013)

TAHUN TERBIT       : 2012

UKURAN BUKU      : 15 X 23 CM

TEBAL BUKU           : XX + 371 HALAMAN

ISBN                          : 978-979-91-0565-3

Buku ini merupakan buku terjemahan yang mengulas tentang rahasia keberhasilan melalui kebiasaan. Charles Duhigg yang seorang reporter investigasi New York Times, menulis buku tersebut yang isinya berupa hasil reportase yang didasarkan pada ratusan wawancara, ribuan makalah dan penelitian. Buku ini terbagi menjadi sembilan bab yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Bab pertama dalam buku ini menerangkan bagaimana kebiasaan bekerja yang salah satunya dicontohkan oleh pria separuh baya yang menderita ensefalitis viral, penyakit akibat sejenis virus yang relatif tidak berbahaya, tapi dalam kasus-kasus langka, virus itu bisa masuk ke otak salah satunya yang dialami oleh Eugene Pauly, akibatnya dia tidak ingat peristiwa yang baru saja terjadi, letak benda bahkan nama teman dan anaknya sendiri. Walaupun demikian, dia mampu menemukan jalan pulang ke rumahnya maupun letak dapur di rumahnya, padahal saat ditanya dimana letak dapur dia sama sekali tidak dapat menjawabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena kebiasaan. Kebiasaan menurut para ilmuwan, muncul karena otak terus - menerus mencari cara untuk menghemat upaya. Bila dibiarkan saja, otak akan mencoba menjadikan nyaris setiap rutinitas sebagai suatu kebiasaan, sebab kebiasaan memungkinkan benak kita lebih sering bersantai. Otak yang efisien memungkinkan kita berhenti terus-menerus memikirkan perilaku dasar (misalnya berjalan dan memilih makanan), sehingga kita bisa menggunakan energi mental untuk menemukan tombak, sistem irigasi, bahkan pesawat terbang. 

Bab kedua dalam buku ini bercerita bagaimana menciptakan kebiasaan baru, bagaimana Pepsodent mampu mengungguli berbagai macam pasta gigi pada saat itu, bagaimana Febreze mampu mendombrak penjualan di antara berbagai macam produk pewangi saingannya. Dan semua itu digerakkan oleh kegiatan mengidam. Di bab ketiga kita disuguhkan oleh penjelasan mengapa perubahan bisa terjadi, salah satu kisah yang mewarnai bab ini adalah Tony Dungy, seorang pelatih football profesional dengan pernyataan emasnya bahwa juara tidak melakukan hal-hal yang luar biasa. Mereka melakukan hal-hal biasa, hanya saja tanpa berpikir, sedemikian cepat sehingga tim lawan tidak sempat bereaksi, mereka mengikuti kebiasaan – kebiasaan yang mereka telah pelajari.

Selanjutnya di bab empat kebiasaan mana yang paling berarti, di bab ini kita akan menemukan jawaban bagaimana O’Neill mampu menjadikan salah satu perusahaan paling besar, paling membosankan, dan paling berpotensi berbahaya menjadi mesin laba dan benteng keselamatan. Salah satu rahasianya adalah dia sangat percaya pada daftar. Ketika kekuatan tekad menjadi otomatis adalah tema yang dijabarkan dalam bab lima. Kebiasaan kunci yang paling penting bagi keberhasilan individual adalah kekuatan tekad yang besar. Di bab enam, kita dapat mengetahui bagaimana para pemimpin menciptakan kebiasaan melalui ketidaksengajaan dan kesengajaan, dan tiga bab selanjutnya berturut – turut menceritakan ketika perusahaan memanipulasi kebiasaan, bagaimana pergerakan terjadi, serta apakah kita bertanggung jawab atas kebiasaan kita?   

Segala macam penjelasan dari pertanyaan di atas diterangkan secara panjang lebar di buku ini disertai penjelasan ilmiahnya (sangat cocok bagi pembaca yang kritis, yang mencari alasan di balik suatu masalah dan mengaitkannya dengan sains). Bahasa yang digunakan dalam buku terjemahan ini memang tidak terlalu ringan. Pembaca yang kurang tertarik dengan penjelasan ilmiah akan segera jenuh dan kurang dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. 

Walaupun demikian, buku ini layak untuk dibaca, karena disertai gambar – gambar yang memudahkan pembaca untuk lebih memahami isi bacaan dalam buku tersebut. Kelebihan lain dari buku ini adalah kisah kehidupan pelakunya yang digambarkan secara detail, Charles Duhigg benar – benar pro dalam mengumpulkan sumber yang memudahkan pembaca untuk mengetahui kebiasaan para tokoh dalam buku ini secara rinci sehingga dapat menginspirasi pembaca yang menginginkan untuk merubah kebiasaan buruknya dan melatih kebiasaan – kebiasaan yang mendukung tercapainya kesuksesan. 


Oleh: Febri RES

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

JANGAN REMEHKAN HAL-HAL KECIL



πŸ˜²πŸ˜πŸ˜‚DIARI DUNIA KERJA KU (PART 2)_5 November 2015

Kalau aku perhatikan, sejarah kehidupan itu berulang - ulang. Lebih dari setengah dasawarsa silam tepatnya sekitar tahun 2005 dan enam tahun sebelumnya aku diserahi amanah untuk mengelola keuangan (lebih tepatnya cuman nyimpan dan ngeluarin uang –B.E.N.D.A H.A.R.A gitu). Dan hal tersebut berulang kembali sebelum aku genap menjadi seorang PNS. Tiba-tiba keluar SK yang mencantumkan namaku sebagai “Staf Pengelola Keuangan Satker APBN – Dana Dekonsentrasi”. Ini tantangan yang awalnya membuatku ciut (semoga gak keterusan), “pasti ntar dinas luarku dibatasi atau bahkan gak bisa kemana-mana, jaga kandang aja (jaga kantor ngurus uang >_<)”, pikirku. Namun dibalik itu aku yakin Allah punya rencana dengan menyetting peranku seperti ini.

Pengalamanku baru – baru ini tentang pemberian honor, uang saku, dan sejenisnya yang bersangkutan dengan kegiatan peternakan (kecuali ngurusin gaji) yang patut digarisbawahi adalah UANG RECEH. Terkadang sebagian dari kita bangga dengan uang warna biru dan merah yang masing-masing bertuliskan nominal lima puluh ribu dan seratus ribu rupiah, dan risih dengan uang kecil/receh karena bikin dompet padat saja. Tapi uang receh ini sangat diperlukan bukan hanya buat nyumbang pengamen-pengamen di jalan aja, tapi buat si pengelola keuangan. Bayangkan aja jika waktu itu aku tak membawa uang pribadiku yang penuh dengan uang receh, aku akan kesulitan membagi honor narasumber maupun uang saku peserta kegiatan, kan agak kurang sopan ya kalau minta angsulan sama mereka, apalagi kalau narasumber maupun pesertanya baru dikenal. Dan aku sangat bersyukur sekali jika honor-honor yang diberikan setelah dipotong pajak hanya memanfaatkan uang biru dan merah, karena gak perlu repot menukar ke sana-sini. 

Pelajaran yang kudapatkan adalah jika menerima panjar untuk suatu kegiatan (yang pastinya kebanyakan isinya uang biru dan merah), siapkan juga UANG RECEH pribadimu atau syukur-syukur punya rekan kerja yang dompetnya tebal dengan uang receh. 

JANGAN REMEHKAN UANG RECEH, WALAUPUN BERNILAI KECIL TAPI BERPENGARUH BESAR BAGI KELANCARAN KEGIATAN, DENGAN KATA LAIN JANGAN REMEHKAN HAL-HAL KECIL DI SEKITARMU.....

                                               πŸMARI SALING MENGINGATKAN πŸ

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS